Penulis: Anki Priutama Putra (Aktivis Lingkungan/Jurnalis)
Simpulindo.com, Gorontalo – Keberadaan tambang emas dan tembaga milik PT Gorontalo Minerals (GM) di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, terus menuai sorotan.
Bukan hanya karena berada di dekat pemukiman sembilan desa, tetapi karena wilayah konsesi tambang ini berbatasan langsung dengan kawasan konservasi Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW).
Ancaman terhadap ekosistem pun semakin besar karena metode tambang yang akan digunakan adalah open pit mining atau tambang terbuka.
Metode open pit atau tambang terbuka merupakan teknik penambangan yang dilakukan dengan menggali permukaan bumi hingga membentuk lubang besar (pit) selebar ratusan meter.
Operasi ini bersifat destruktif karena mengubah lanskap secara masif, membuka hutan, mengupas lapisan tanah, dan menimbulkan tumpukan limbah tambang dalam jumlah besar.
Rencana operasi PT Gorontalo Minerals menggunakan metode ini sangat mengkhawatirkan karena titik eksplorasi dan operasi mereka berada hanya ratusan meter dari batas kawasan TNBNW, yang merupakan salah satu benteng terakhir hutan hujan Sulawesi.
Open pit mining di dekat taman nasional membawa sejumlah resiko besar yang tidak bisa diabaikan:
- Penggundulan Hutan dan Fragmentasi Habitat.
Kawasan hutan lindung dan produksi yang selama ini menjadi zona penyangga TNBNW akan dibuka untuk akses jalan, infrastruktur, dan pit tambang. Akibatnya, habitat satwa liar seperti anoa, babi rusa, dan maleo akan terpecah dan terganggu.
- Pencemaran Air dan Sungai.
Air asam tambang (acid mine drainage), logam berat, dan sedimen dari pit tambang berpotensi mengalir ke sungai-sungai yang melintasi TNBNW. Hal ini dapat mencemari air minum warga serta merusak keanekaragaman hayati perairan taman nasional.
- Erosi dan Longsor.
Pengupasan vegetasi dalam jumlah besar akan memperlemah struktur tanah dan meningkatkan risiko longsor, terutama pada musim hujan. Ancaman ini menjadi nyata jika melihat kondisi tanah berbukit dan lereng curam di kawasan Bone Bolango.
- Gangguan Jalur Migrasi Satwa dan Kebisingan.
Suara alat berat, peledakan, dan aktivitas operasional tambang akan mengganggu satwa liar yang sensitif terhadap kebisingan, menyebabkan mereka keluar dari habitatnya dan berpotensi menimbulkan konflik dengan manusia.
- Pemanasan Mikroklimat dan Kekeringan Lokal.
Penghilangan tutupan hutan dalam skala besar menyebabkan meningkatnya suhu lokal dan berkurangnya kelembaban udara, yang berdampak pada pertanian warga di sekitar taman nasional.
TNBNW merupakan kawasan konservasi yang sangat penting secara ekologis. Di dalamnya hidup lebih dari 200 spesies burung, puluhan spesies mamalia endemik, serta hutan dataran rendah tropis yang berfungsi sebagai paru-paru Gorontalo dan Sulawesi Utara.
Secara hukum, kawasan ini seharusnya terlindungi dari aktivitas ekstraktif. Namun masuknya pertambangan ke wilayah penyangga tanpa zona transisi ekologis justru memperbesar resiko rusaknya kawasan inti taman nasional.
Aktivis lingkungan dan masyarakat lokal mendesak evaluasi menyeluruh atas izin operasi PT Gorontalo Minerals.
Selain soal perizinan, metode tambang yang digunakan dinilai sangat tidak sesuai dengan karakteristik lingkungan Bone Bolango yang sensitif dan dekat dengan kawasan konservasi.
Sembilan desa yang berada di sekitar lokasi tambang, termasuk Bukit Hijau, Kaibar, Mopuya, hingga Mamungaa Timur, juga menyuarakan penolakan.
Mereka khawatir bukan hanya pada dampak sosial-ekonomi, tapi juga kehilangan hutan dan sumber air yang selama ini menopang kehidupan mereka.