Simpulindo.com, – Inflasi tahunan di Provinsi Gorontalo pada April 2025 tercatat sebesar 2,30 persen. Meskipun masih dalam batas aman menurut Bank Indonesia, disparitas antara wilayah kabupaten dan kota memunculkan kekhawatiran. Kota Gorontalo mengalami kenaikan inflasi 1,26 persen.
Ketua DPRD Kota Gorontalo, Irwan Hunawa, mengungkapkan penyebab utama inflasi berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Dalam kelompok ini, sejumlah komoditas pangan segar seperti ikan selar, ikan cakalang, ikan ekor kuning, cabai merah, dan tomat mengalami lonjakan harga yang signifikan.
“Inflasi bisa terjadi karena dua hal utama, yakni daya beli masyarakat yang menurun dan ketersediaan barang yang terbatas. Jika kedua hal ini terjadi bersamaan, harga barang akan melonjak,” kata Irwan, Sabtu (3/5/2025).
Selain bahan pangan segar, sejumlah barang kebutuhan rumah tangga seperti mie instan, kopi bubuk, minyak goreng, dan rokok juga mengalami kenaikan harga. Kondisi ini memperberat beban masyarakat, terutama di wilayah yang memiliki ketergantungan tinggi pada pasokan dari luar daerah.
Menanggapi situasi tersebut, DPRD mendorong pemerintah daerah agar segera mengambil langkah konkret untuk menekan laju inflasi. Salah satu strategi yang diusulkan adalah pelaksanaan operasi pasar untuk menstabilkan harga bahan pokok, khususnya di wilayah kota Gorontalo
“Operasi pasar bisa menjadi cara efektif untuk mengintervensi harga di pasaran. Namun, itu hanya solusi jangka pendek. Pemerintah juga perlu mendorong peningkatan daya beli masyarakat melalui program ekonomi yang lebih berkelanjutan,” tambah Irwan.
Inflasi, menurut Irwan, bukan semata-mata persoalan ekonomi makro, tetapi berimbas langsung pada keseharian masyarakat. Ketika harga kebutuhan pokok melonjak, yang paling terdampak adalah kelompok rentan dengan penghasilan terbatas.
“Pemerintah daerah tidak bisa hanya menunggu. Koordinasi lintas sektor dan percepatan program-program pengendalian harga harus dilakukan sekarang juga,” tutupnya.