Simpulindo.com, Gorut – Aksi demonstrasi di depan Kantor DPRD Gorontalo Utara yang dilakukan Aliansi Masyarakat Peduli Gorut menyisakan catatan kelam dalam hubungan antara rakyat dan wakilnya.
Dalam aksi tersebut, seorang anggota DPRD dari Fraksi NasDem diduga melontarkan ekspresi cibiran kepada massa aksi. Rekaman video yang memperlihatkan kejadian itu kini beredar luas di media sosial dan menuai kecaman dari berbagai kalangan.
Sekretaris Jenderal Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Gorontalo, Jikran Kasadi, mengecam keras tindakan tersebut. Menurutnya, perilaku seperti itu tidak pantas dilakukan oleh seorang wakil rakyat.
“Sikap seperti ini tidak bisa ditolerir. Seorang wakil rakyat seharusnya memiliki empati dan kesadaran representasi. Kalau rakyat datang menyuarakan kegelisahan, bukan malah dicibir,” kata Jikran, Senin (13/10/2025).
Jikran menilai, insiden itu bukan sekadar persoalan etika, melainkan juga telah mencoreng marwah lembaga DPRD sebagai rumah aspirasi rakyat.
“Selain pelecehan terhadap gerakan, tindakan tersebut menunjukkan kalau wakil rakyat kita memiliki mentalitas anti-kritik. DPRD hanya akan jadi bangunan yang jauh dari nafas kehidupan rakyat,” ujarnya.
Jikran mendesak pimpinan DPRD Gorontalo Utara untuk mengambil langkah etik dengan meminta oknum anggota DPRD yang mencibir massa aksi agar menyampaikan permintaan maaf secara terbuka.
“Mestinya para wakil rakyat itu sadar, bahwa massa aksi tidak datang untuk mengemis perhatian. Tapi mereka datang untuk mengingatkan bahwa mandat kekuasaan itu berasal dari rakyat,” ucap Jikran.
Selain itu, Jikran juga meminta Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, untuk mengevaluasi dan menindak kadernya yang terlibat dalam insiden tersebut. Partai politik harus menunjukkan komitmen moral terhadap perilaku kadernya, apalagi jika menyangkut citra dan kepercayaan publik.
“Kami berharap Surya Paloh turun tangan. Jangan biarkan kader yang bersikap arogan merusak citra partai dan memperlemah kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perwakilan,” tutur Jikran.
Peristiwa ini menjadi pengingat atas pentingnya etika politik dan sensitivitas sosial di tengah kondisi masyarakat yang sedang sulit. Jikran bahkan menyinggung kembali tragedi penjarahan yang sempat terjadi beberapa bulan lalu, yang menurutnya dipicu oleh kekecewaan publik terhadap perilaku elite yang abai terhadap aspirasi rakyat.
“Kalau sikap-sikap arogan ini dibiarkan, jangan heran kalau rakyat kehilangan kepercayaan dan bertindak di luar kendali. Kita sudah belajar dari tragedi penjarahan lalu itu semua berawal dari rasa frustasi,” tutup Jikran. (AP/Simpulindo).
Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian, simpulindo.com berkomitmen menyajikan informasi factual dari lapangan. Ikuti perkembangan terbaru melalui saluran kami Klik Disini https://bit.ly/4n8h1GD












