Simpulindo.com, – Aksi unjuk rasa yang melibatkan puluhan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Gorontalo berlangsung ricuh di depan Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Gorontalo, Senin (19/5/2025).
Kericuhan terjadi sekitar pukul 17.30 Wita, setelah ketegangan antara mahasiswa dan aparat kepolisian memuncak. Aksi yang semula berlangsung damai berubah menjadi bentrokan fisik, disertai adu mulut dan aksi saling dorong.
Menurut informasi yang dihimpun, sejumlah mahasiswa mengalami luka akibat insiden tersebut. Di antara mereka, dua orang merupakan kader dari Persatuan Pelajar Mahasiswa Popayato Barat Gorontalo (PPMPB-G).
“Kami sangat menyesalkan tindakan aparat yang justru bertindak brutal dalam mengamankan aksi,” kata Koordinator Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Provinsi Gorontalo, Almisba, Selasa (20/5/2025).
Ia menjelaskan bahwa demonstrasi tersebut digelar sebagai bentuk protes terhadap lambannya penanganan kasus kekerasan yang dialami sejumlah aktivis mahasiswa dalam beberapa waktu terakhir.
“Sejauh ini, laporan yang sudah kami sampaikan belum menunjukkan perkembangan signifikan. Karena itu kami mendatangi Polda untuk meminta kejelasan,” ujar Almisba.
Selain itu, Almisba mengecam sikap represif aparat keamanan yang dinilai tidak proporsional dalam mengendalikan massa aksi.
Hal senada disampaikan oleh Ketua PPMPB-G, Gusram Rupu. Ia menyatakan kekecewaannya atas tindakan kekerasan yang dialami anggotanya saat menyampaikan aspirasi.
“Kami sangat kecewa. Seharusnya pihak kepolisian hadir untuk melindungi dan mengayomi, bukan justru menjadi pihak yang menyakiti,” ujarnya.
Gusram menegaskan pihaknya tidak akan tinggal diam atas kejadian tersebut. Ia meminta agar kepolisian bertindak profesional sesuai standar operasional prosedur (SOP) dalam menangani aksi massa.
Sementara itu, menanggapi insiden tersebut, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Gorontalo, AKBP Desmont Herjendro, membenarkan bahwa terjadi bentrokan antara mahasiswa dan aparat.
Desmont menyebut bahwa dalam kejadian tersebut, beberapa petugas kepolisian juga mengalami luka ringan akibat dorong-mendorong dengan massa aksi.
“Dalam demonstrasi memang sering terjadi gesekan. Namun, kami tegaskan bahwa informasi yang menyebutkan ada petugas menginjak massa adalah tidak benar,” kata Desmont.
Meski begitu, Desmont memastikan bahwa pihaknya akan melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap peristiwa itu. Ia menegaskan bahwa jika ditemukan pelanggaran prosedur oleh anggotanya, maka sanksi akan dijatuhkan.
“Polda Gorontalo akan memeriksa seluruh rangkaian kejadian secara objektif. Jika ada anggota yang terbukti melanggar, kami akan tindak tegas sesuai aturan yang berlaku,” ujarnya.
Aspirasi Mahasiswa dan Harapan Penegakan Hukum
Demonstrasi yang digelar mahasiswa tersebut merupakan lanjutan dari serangkaian aksi serupa yang sebelumnya dilakukan di kampus dan instansi pemerintahan daerah. Fokus utama tuntutan mahasiswa adalah penuntasan kasus kekerasan yang diduga melibatkan aparat serta permintaan transparansi proses hukum.
Para mahasiswa juga meminta agar aparat kepolisian membuka ruang dialog dan menjamin keamanan dalam penyampaian aspirasi publik secara damai.
“Ini bukan semata soal aksi jalanan, tapi soal prinsip demokrasi. Kami hanya ingin suara kami didengar dan keadilan ditegakkan,” kata salah satu peserta aksi yang enggan disebutkan namanya.