Simpulindo.com, Gorut – Peristiwa malam itu menyisakan kecemasan mendalam bagi keluarga seorang siswi asal Kabupaten Gorontalo Utara berinisial SHM. Kisah ini bermula saat SHM dijemput oleh temannya, PJ, yang datang tak sendiri. Ia membawa serta seorang lelaki tua tak dikenal (OTK). Alasan yang diutarakan PJ sederhana—untuk mengerjakan tugas sekolah bersama.
“Saat itu adik saya kaget, katanya ada banyak tugas yang harus diselesaikan,” ungkap Sri Novita Mahmud, kakak korban.
Waktu menunjukkan sekitar pukul 19.00 WITA ketika SHM meninggalkan rumah bersama PJ. Namun, yang seharusnya menjadi malam belajar biasa berubah menjadi malam penuh misteri.
Menjelang tengah malam, tepatnya pukul 12.00, perasaan khawatir mulai merayap di hati Sri. SHM belum juga kembali. Tak ada kabar, apalagi telepon, karena SHM memang tidak membawa ponsel. Ketika Sri berusaha menelusuri alamat yang diberikan PJ, tak satu pun orang di sekitar yang mengenalinya. Pencarian demi pencarian, rasa takut kian menyelimuti.
“Ternyata mereka membawa adik saya ke sebuah rumah di lokasi yang lebih jauh. Rumah itu terkunci dari luar, suasananya sangat menyeramkan,” cerita Sri sambil mengenang ketegangan yang dialaminya malam itu.
Saat jarum jam mendekati pukul 03.00 pagi, Sri dan ibunya memutuskan untuk melapor ke polisi. Meski belum genap 24 jam, kekhawatiran mereka melampaui batas waktu formal pelaporan. Aparat pun segera bertindak, namun pencarian tak kunjung membuahkan hasil.
Subuh itu, kabar yang ditunggu akhirnya datang. Seseorang yang dihubungi keluarga membantu mencari keberadaan SHM. Mereka meminta agar SHM segera dipulangkan, namun fakta di balik kejadian itu membuat mereka terpukul. PJ dan OTK ternyata tidak mengajak SHM mengerjakan tugas, melainkan membawanya ke tempat yang tak dikenalnya, dengan suasana yang jauh dari kata aman.
“Kami sangat kecewa. PJ telah berbohong. Adik saya dibawa ke tempat lain dan tidak mengerjakan tugas sama sekali,” kata Sri dengan nada penuh kekecewaan.
SHM pun akhirnya pulang dengan wajah pucat ketakutan. Menurut penuturannya, ia diajak ke lokasi ramai dengan penerangan minim, jauh dari kenyamanan. Ketika diantar pulang oleh PJ dan lelaki tua itu, keduanya hanya duduk di atas sepeda motor tanpa memberi penjelasan apapun. Tak ada permintaan maaf. Mereka berlalu begitu saja, meninggalkan keluarga dalam kekecewaan mendalam.
Pada 11 Oktober, keluarga SHM resmi melaporkan kejadian tersebut ke Polres Gorontalo Utara. Hingga saat ini, kasus ini masih dalam penyelidikan pihak berwajib.
Peristiwa ini menjadi peringatan keras bagi keluarga dan masyarakat sekitar, bahwa kewaspadaan dalam menjaga anak-anak di luar rumah sangatlah penting, terutama ketika kepercayaan yang diberikan disalahgunakan dengan cara yang tidak bertanggung jawab
Terjebak Ritual Mistik
Peristiwa ini seperti serpihan mimpi buruk yang tak pernah diduga oleh SHM. Setelah dijemput oleh temannya, PJ, dan seorang lelaki tua yang tak dikenal, SHM dibawa ke sebuah lokasi terpencil di pesisir pantai, jauh dari hiruk-pikuk keseharian. Tempat itu ternyata gudang arang yang hampir gelap gulita, hanya diterangi sedikit cahaya, di mana suasana penuh misteri menyelimuti malam.
Menurut pengakuan SHM yang diceritakan melalui kakaknya, Sri Novita Mahmud, setibanya di sana, pemandangan yang dihadapi sungguh menakutkan. Banyak orang berkumpul, mayoritas laki-laki, dan mereka terlihat sedang melakukan ritual aneh—ritual yang sama sekali tidak dipahami oleh SHM.
“Mereka seperti memanggil arwah untuk masuk ke tubuh orang-orang yang hadir, yang mengikuti ritual itu secara bergantian,” cerita SHM dengan suara bergetar.
Di tengah kegelapan dan keramaian yang ganjil itu, suasana makin mencekam ketika beberapa peserta ritual mulai berubah perilaku. Ada yang bertingkah seperti binatang, seolah mempraktekkan adegan menyeramkan seperti meminta tumbal. Teriakan-teriakan doa keras memenuhi udara, sementara beberapa orang tampak kesurupan, kehilangan kendali.
Setelah menyaksikan praktik-praktik ritual yang terjadi di hadapanya. Rasa takut yang mencengkeram SHM semakin kuat. Ia ingin pulang, menghindari kengerian yang terus membayangi, namun PJ dan lelaki tua itu menolak permintaannya. Alasan mereka sederhana tapi tak masuk akal—motor yang mereka gunakan tidak memiliki lampu. SHM terjebak, tak ada jalan keluar.
Selama malam itu, SHM hanya bisa menyaksikan rentetan ritual mistik yang tak pernah terlintas dalam benaknya sebelumnya. Ketika akhirnya SHM diantar pulang, wajahnya penuh ketakutan, dan cerita yang ia bawa pulang menyisakan kengerian tak terlupakan bagi dirinya dan keluarganya.
Keluarga SHM kini tengah menuntut keadilan atas insiden tersebut, setelah resmi melaporkan kejadian ini ke Polres Gorontalo Utara. Kasus ini masih terus diselidiki, sementara trauma mendalam membekas di benak siswi malang itu, yang tak pernah menduga malam biasa bisa berubah menjadi malam penuh misteri dan kengerian.
HPMIGU Kecam Tindakan Penculikan Anak Di Gorut
Sri Nursintia Zakaria, Ketua Umum Himpunan Pelajar Mahasiswa Indonesia Gorontalo Utara (HPMI-GU), mengecam keras kejadian penculikan terhadap seorang anak perempuan di bawah umur.
Sri Nursintia Zakaria menegaskan, tindakan penculikan anak di bawah umur tersebut bukan sekadar pelanggaran hak, tetapi juga ancaman nyata bagi keselamatan anak-anak.
HPMI-GU, dalam komitmennya, mendesak aparat agar segera mengungkap kajadian mengerikan itu.
“Kami tidak akan tinggal diam sampai keadilan ditegakkan, dan anak-anak kita terlindungi dari ancaman seperti ini,” tegas Sri Nursintia.
Menurut Sri, Kasus pelecehan dan kekerasan terhadap perempuan di Gorontalo Utara masih sering terjadi, namun minim perhatian dari pemerintah daerah.
“Kami berharap pihak kepolisian dan pemerintah segera bertindak nyata, agar tragedi serupa tak kembali terjadi. Perlindungan terhadap anak dan perempuan menjadi tanggung jawab bersama, dan sudah saatnya seluruh elemen masyarakat bersatu menjaga mereka yang rentan,” tutupya.
Up
Saya tidak setuju dgn ungkapan gadis ini karna setau saya ilmu yang mereka gunakan dalam kelompok yg di ceritakan ini adalah ilmu mata batin yang di jadikan untuk membantu orang yang sakit tak wajar bukan ritual yang aneh2 karna sudah banyak yg mereka obati bukan kali itu terjadi tapi setiap ada yg meminta di obati mereka akan pergi mengobati