Mahsiswa Akan Aksi Besar-Besaran, Tagih Janji Pemda Gorut Bangun Tanggul

Simpulindo.com, – Hujan deras yang mengguyur Kecamatan Biau, Kabupaten Gorontalo Utara, dalam beberapa hari terakhir menyebabkan banjir besar yang merendam sejumlah desa. Desa Didingga, Bualo, Omuto, dan Biau tercatat sebagai wilayah terdampak paling parah, terutama di kawasan yang dikenal sebagai Rumah CAT.

Banjir pertama melanda pada Kamis, 29 Maret 2025. Gelombang susulan kembali menghantam pada 3 dan 4 April, dengan genangan air mencapai dada orang dewasa di beberapa titik. Rumah-rumah warga nyaris terendam seluruhnya, memaksa penduduk menyelamatkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi.

Ketua Umum Kerukunan Mahasiswa Indonesia Biau (KMIB), Dicky Modanggu, mengatakan wilayah Rumah CAT menjadi episentrum banjir karena berada sangat dekat dengan aliran sungai.

“Jaraknya hanya sekitar 10 meter dari rumah warga. Tanpa tanggul atau pelindung apa pun, ketika hujan turun deras, air langsung meluap ke permukiman,” ujar Dicky, Senin (7/4/2025).

Menurut Dicky, kondisi serupa terus berulang setiap kali hujan turun dengan intensitas tinggi. Ia memperkirakan jika cuaca ekstrem berlanjut, banjir akan meluas ke desa-desa lain di sekitarnya.

“Kami tidak bisa hanya menunggu. Situasi ini sudah sangat mengkhawatirkan,” Ujarnya.

Warga dan mahasiswa mulai kehilangan kesabaran. Dicky menyatakan pihaknya sedang melakukan konsolidasi besar-besaran untuk melakukan aksi parlementer jalanan jika pemerintah tak segera mengambil langkah konkret.

“Kami sudah menghimpun seluruh anggota dari KMIB dan warga. Kami juga tengah berkoordinasi dengan Karang Taruna desa dan kecamatan untuk memperluas partisipasi,” ucapnya. “Jika masih tidak ada tindakan, kami akan turun ke jalan.”

Dicky juga menyinggung janji pemerintah yang belum terealisasi terkait pembangunan tanggul di Desa Topi, yang masih berada di wilayah Kecamatan Biau. Abrasi sungai di desa itu sudah berlangsung bertahun-tahun, namun penanganan tak kunjung datang.

“Kami dijanjikan pembangunan tanggul sejak lama. Tapi sampai sekarang tidak ada wujudnya,” Kata Dicky

Warga berharap pemerintah daerah, Balai Wilayah Sungai (BWS), serta instansi terkait lainnya segera turun tangan. Selain kerusakan infrastruktur, banjir dan abrasi yang terus terjadi juga mengancam keselamatan jiwa dan harta benda masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *