Simpulindo.com, – Kasus dugaan perundungan di SMA Binus Simprug menambah daftar panjang insiden serupa yang menimpa pelajar dan remaja. Terkait hal ini, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf, menyoroti pentingnya pendidikan karakter di kalangan siswa.
“Pendidikan karakter harus dibangun melalui kolaborasi antara orang tua, guru, dan pihak sekolah,” ujar Dede. Jumat (27/09/2024)
Menurut Dede, kegiatan ekstrakurikuler dapat membantu membentuk karakter siswa. Ia juga menyarankan agar kegiatan luar ruangan diperbanyak sehingga energi siswa dapat disalurkan untuk hal-hal positif.
“Pihak sekolah dapat mengaktifkan kembali kegiatan ekstrakurikuler seperti Pramuka, dengan fokus pada aktivitas luar ruangan, bukan hanya seragamnya. Intinya adalah memaksimalkan kegiatan di luar ruang agar pendidikan karakter bisa terbentuk dengan baik,” jelasnya.
Dede juga mengusulkan agar pemerintah lebih memaksimalkan program di luar pembelajaran formal bagi siswa remaja. Selain untuk menyalurkan energi siswa ke arah positif, hal ini juga dinilai penting untuk mengembangkan potensi generasi muda.
“Pemerintah harus terus memperhatikan kebutuhan anak-anak untuk menyalurkan energi besar mereka melalui aktivitas positif di luar ruangan. Jika tidak ada kegiatan, mereka cenderung berkumpul tanpa tujuan yang jelas, yang bisa memicu tindakan perundungan,” tambahnya.
Anggaran pendidikan yang tersebar di berbagai kementerian, khususnya yang berkaitan dengan pembinaan generasi muda. Anggaran ini tersebar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen-PPA), serta Kementerian Agama.
“Yang terlihat saat ini, anggaran di berbagai kementerian seringkali hanya digunakan untuk membuat acara-acara internal atau glorifikasi. Padahal, yang sebenarnya dibutuhkan adalah anggaran tersebut digunakan untuk masyarakat,” tegasnya.
Dede menilai, kegiatan atau event kepemudaan yang melibatkan siswa, seperti turnamen antar-sekolah, sangat diperlukan. Menurutnya, saat ini aktivitas semacam itu semakin jarang terjadi.
“Dulu turnamen antar-sekolah sering diadakan. Kompetisi itu tidak harus hanya untuk atlet berprestasi, tapi bisa dilakukan antarsekolah secara umum. Kita bisa memanfaatkan anggaran kementerian untuk itu, bukan sekadar festival internal,” lanjutnya.
Ia juga menekankan pentingnya memperbanyak kegiatan pembinaan di luar kelas, dengan harapan siswa dapat menyalurkan energi dan waktu luang mereka ke arah yang positif, serta mengembangkan bakat dan prestasi.
“Jika kita fokus pada pembinaan, maka kegiatan positif seperti pertandingan olahraga, kompetisi keterampilan, dan pentas seni harus lebih banyak. Ini bisa menjadi wadah bagi siswa untuk mencari jati diri mereka melalui aktivitas positif. Sekarang kegiatan seperti itu jarang, akhirnya mereka beralih ke dunia online,” jelas Dede.
Lebih lanjut, Dede juga mendorong pemerintah untuk memprioritaskan penyediaan ruang publik terbuka bagi siswa di berbagai tingkatan. Hal ini dianggap penting karena saat ini masyarakat kesulitan mengakses fasilitas ruang terbuka yang memadai, padahal hal tersebut penting untuk tumbuh kembang anak-anak.
“Ruang publik sekarang sering diubah menjadi mal atau perumahan. Harusnya ruang publik yang memungkinkan orang berkumpul dan berinteraksi diperbanyak,” tutupnya.