Menjadi Poros Dakwah Digital: Kontribusi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Sultan Amai Gorontalo dalam Era Disrupsi Media

Penulis:  Wardoyo Dingkol.S.I.Kom.,M.I.Kom

Simpulindo.com, Gorontalo – Di era di mana informasi bergerak lebih cepat daripada wacana lama yang biasa kita pakai, institusi pendidikan agama dituntut bukan hanya untuk melestarikan nilai tetapi juga menempatkannya dalam perangkat komunikasi masa kini. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) IAIN Sultan Amai Gorontalo berdiri pada posisi strategis berada di persimpangan keilmuan agama dan teknologi komunikasi, sehingga berpotensi menjadi “poros dakwah digital” yang efektif  bila mendapat dorongan kebijakan akademik, kurikulum adaptif, dan jejaring praktis.

Keperluan untuk bertransformasi ini didukung oleh fakta makro penetrasi internet dan pengguna media sosial di Indonesia yang sangat besar, membuka kesempatan sekaligus tantangan bagi praktik dakwah dan penyiaran keagamaan. Data terakhir menunjukkan bahwa pada awal 2024 Indonesia memiliki sekitar 185,3 juta pengguna internet sebuah basis publik digital yang besar bagi upaya komunikasi dakwah yang terencana.

IAIN Sultan Amai Gorontalo merupakan institusi keagamaan yang menunjukkan dinamika positif dalam beberapa tahun terakhir. Informasi institusional dan program studi menunjukkan bahwa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam aktif menyelenggarakan program penguatan akademik dan kegiatan kemahasiswaan misalnya kegiatan KPI Camp yang menjadi ruang praktik dan jejaring mahasiswa. Keberadaan program S1 KPI pada laman penerimaan mahasiswa juga menegaskan status jurusan sebagai unit yang secara resmi mengkaji lintas disiplin antara komunikasi, penyiaran, dan studi keislaman.

Lebih jauh, fakultas pembina (Fakultas Ushuluddin dan Dakwah) menunjukkan perhatian pada fasilitas pendukung seperti studio radio dan kegiatan pengabdian masyarakat, yang menjadi modal penting untuk praktik dakwah digital berbasis produksi media. Ketersediaan fasilitas ini memudahkan implementasi pembelajaran yang berbasis keterampilan (skill-based learning), misalnya produksi podcast, manajemen platform media sosial, dan penulisan konten multimedia untuk dakwah modern.

Tantangan Era Disrupsi Media bagi Dakwah

Disrupsi media bukan sekadar peralihan teknologi, ia merombak pola konsumsi publik, menata ulang otoritas narator, dan memperpendek siklus perhatian audiens. Tantangan yang harus dihadapi KPI meliputi:

1. Fragmentasi audiens. Audiens sekarang tersebar di platform berbeda (YouTube, Instagram, TikTok, podcast) dan memiliki preferensi format berbeda (video singkat vs long-form).

2. Kecepatan disinformasi. Narasi keagamaan yang tidak dilandasi etika komunikasi mudah dipelintir atau disalahtafsirkan dalam ruang digital.

3. Kesenjangan keterampilan. Pengajaran teoretis yang kuat harus diimbangi keterampilan teknis produksi media, analisis data audiens, dan etika digital.

4. Kebutuhan bukti dan relevansi local. Pesan dakwah harus relevan secara kultural dan lokal agar mendapat daya jangkau yang kuat di komunitas Gorontalo dan sekitarnya.

Memahami tantangan ini penting agar KPI tidak sekadar menjadi “pencetak penceramah” tradisional, melainkan produsen konten yang bertanggung jawab, berbasis bukti, dan adaptif terhadap format baru.

Potensi dan Modal KPI sebagai Poros Dakwah Digital

Beberapa modal yang dapat dimobilisasi oleh Jurusan KPI IAIN Sultan Amai Gorontalo:

• Sumber ilmu agama yang sahih  keberadaan tenaga pengajar berkompeten di bidang Ushuluddin dan Dakwah memberi basis teoretis kuat untuk narasi dakwah yang kredibel.

• Fasilitas produksi  laporan fakultas menyebut studio radio dan fasilitas lain yang relevan untuk produksi konten audio-visual. Fasilitas ini menjadi ruang praktek yang esensial.

• Akses ke publik digital lokal  statistik pendidikan dan demografi provinsi Gorontalo menunjukkan adanya basis penduduk muda yang menjadi target utama pesan dakwah kontemporer; program dan kegiatan kampus juga membuka jalur komunitas lokal.

• Momentum nasional digital  dengan ratusan juta pengguna internet di tingkat nasional, peluang kolaborasi lintas wilayah (mis. podcast nasional, webinar, dan kanal YouTube) dapat meningkatkan jangkauan pesan dakwah yang bernas.

Strategi Akademik: Kurikulum dan Pembelajaran

Agar KPI benar-benar menjadi poros dakwah digital, perubahan kurikulum harus diarahkan pada tiga aspek: pengetahuan, keterampilan, dan nilai/etika.

1. Integrasi mata kuliah baru

a. Analisis Media Digital dan Agama: pendekatan analitik terhadap narasi keagamaan di platform digital.

b. Produksi Konten Multimedia untuk Dakwah: praktek membuat video pendek, podcast, infografik.

c. Manajemen Media Sosial dan SEO untuk Organisasi Keagamaan: agar pesan terindeks dan ditemukan audiens yang relevan.

2. Metode pembelajaran experiential

a. Kuliah praktik langsung di studio radio/TV kampus; proyek semester berupa kanal YouTube atau serial podcast yang dikelola mahasiswa (dengan supervisi dosen).

b. Kolaborasi komunitas: KKN dakwah digital di desa/kelurahan untuk meningkatkan literasi digital keagamaan.

3. Evaluasi berbasis outcome

Indikator keberhasilan tidak hanya nilai akademik, tetapi juga metrik jangkauan, interaksi, dan perubahan sikap pada audiens target (mis. survei pra-pasca intervensi).

Jejaring, Kolaborasi, dan Penguatan Aset

1. Kemitraan dengan media lokal dan nasional  membangun kerja sama dengan stasiun radio, media online, dan platform streaming agar konten dakwah dapat dipublikasikan lebih luas (memanfaatkan studio dan sumber daya kampus sebagai supply content).

2. Pusat Pengkajian dan Produksi Dakwah Digital (PPP-Dakwah)  unit pusat di bawah jurusan yang menangani penelitian, produksi, dan pendampingan organisasi masyarakat/masjid dalam komunikasi digital.

3. Pengembangan alumni sebagai jaringan  alumnus KPI yang bekerja di media atau instansi dakwah menjadi duta distribusi konten dan sumber magang/praktek bagi mahasiswa.

4. Pelatihan dan sertifikasi  program singkat untuk masyarakat dan pengurus masjid tentang manajemen media sosial, pembuatan konten, dan moderasi online.

Dakwah digital yang berhasil tidak boleh mengabaikan etika. Jurusan KPI perlu menjadikan etika komunikasi digital sebagai pilar utama membekali mahasiswa untuk menyaring informasi, menghindari sensasionalisme, dan mempraktikkan moderasi beragama yang inklusif. Kegiatan seperti forum diskusi lintas agama dan kode etik produksi konten harus menjadi bagian dari kurikulum dan kultur kampus.

Beberapa inisiatif kecil yang telah terjadi dan dapat dikembangkan lebih lanjut: penyelenggaraan KPI Camp (ruang pembelajaran nonformal yang juga menjadi wahana latihan produksi konten), serta aktivitas HMJ KPI yang aktif di media social semua ini menunjukkan kapasitas institusional yang dapat dioptimalkan menjadi program terstruktur. Dengan dukungan manajerial dari fakultas dan rektorat, inisiatif ini punya peluang untuk berdampak lebih besar.

Tantangan Implementasi dan Cara Mengatasinya

1. Sumber daya manusia  kebutuhan dosen dengan kombinasi kompetensi agama dan teknologi. Solusi: hiring targeted dan program peningkatan kompetensi dosen (workshop, beasiswa studi lanjut bidang komunikasi digital).

2. Pendanaan produksi konten berkualitas memerlukan anggaran. Solusi: pengajuan hibah penelitian terapan, partnership dengan industri media, dan program CSR perusahaan digital.

3. Pengukuran dampak  mengukur perubahan sikap dan perilaku audiens memerlukan metodologi penelitian yang matang. Solusi kolaborasi riset antara KPI dengan lembaga penelitian lokal dan instansi statistik daerah.

Rekomendasi Kebijakan untuk Kampus

1. Rancang roadmap 3-tahun “KPI Poros Dakwah Digital”: tujuan, indikator, dan alokasi anggaran.

2. Bentuk PPP-Dakwah sebagai unit pengelola konten dan penelitian.

3. Integrasikan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning): setiap semester mahasiswa wajib menghasilkan produk digital yang dapat diukur jangkauannya.

4. Buat laboratorium riset audiens digital Gorontalo: memetakan demografi, preferensi platform, dan isu lokal sehingga pesan dakwah lebih relevan.

5. Kembangkan program magang dan inkubasi start-up konten keagamaan bersama alumni dan mitra media.

Menjadi poros dakwah digital bukan sekadar soal produksi konten viral; ini soal membangun ekosistem komunikatif yang memadukan kredibilitas keagamaan, kompetensi produksi media, dan kepekaan etis terhadap pluralitas publik.

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Sultan Amai Gorontalo memiliki modal signifikan baik dari sisi sumber daya akademik maupun fasilitas pendukung untuk memainkan peran sentral ini. Dengan strategi kurikulum yang progresif, penguatan fasilitas praktikum, kemitraan luas, dan komitmen etika, KPI dapat menumbuhkan generasi komunikator keagamaan yang cakap digital: paham pesan, piawai media, dan mampu menjaga harmoni di ruang publik digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *