Penulis : Indra Rohandi Parinding, S.Farm
Simpulindo.com, – Praktik penjilatan jabatan kini menjadi fenomena yang mengkhawatirkan di kalangan pejabat publik. Sejumlah oknum pejabat yang minim prestasi kerja mulai menunjukkan kegelisahan akan kehilangan posisi mereka, sehingga menghalalkan berbagai cara untuk mempertahankan jabatan.
Layaknya tokoh Sengkuni dalam pewayangan, mereka bermain peran demi kepentingan pribadi. Para oknum ini lebih mengutamakan kenyamanan posisi dan kekayaan dibanding mengabdi pada tugas dan tanggung jawab jabatan mereka.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengamankan posisi, termasuk menyiapkan modal dan menjalin kedekatan dengan pihak-pihak tertentu. Mereka rela melakukan apa saja demi mempertahankan jabatan tanpa memperlihatkan kinerja nyata yang bermanfaat bagi masyarakat.
Namun, segala upaya manipulatif tersebut mulai terlihat jelas. Mereka berusaha menampilkan citra seolah-olah mendapat dukungan penuh dan rela berkorban, padahal sejatinya hanya menutupi ketidakmampuan dengan tindakan tidak etis dan mengandalkan kekuatan finansial.
Seperti tikus yang menjadi mangsa predator, langkah para penjilat jabatan ini sudah terbaca. Tindakan mereka bukan lagi hal yang wajar dan mungkin merupakan konsekuensi atas perilaku mereka selama ini. Reputasi mereka akan dikenang sebagai pribadi yang hanya mementingkan jabatan.
Pemimpin baru hadir untuk memberi kesempatan kepada mereka yang benar-benar bekerja dan mengabdi sebagai pelayan masyarakat. Meski dendam tidak perlu ada, pembelajaran dari masa lalu tetap penting. Yang terbaik adalah fokus memperbaiki kinerja sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada Tuhan, atasan, dan masyarakat.