Simpulindo.com, – Militer Israel dilaporkan melakukan serangan terhadap markas pasukan penjaga perdamaian PBB, UNIFIL, di Lebanon pada Kamis (10/10/2024) dan Jumat (11/10/2024) waktu setempat. Serangan yang dilakukan menggunakan tank Merkava ini menyebabkan empat personel UNIFIL terluka.
Menurut pernyataan dari UNIFIL, “Pagi ini, dua penjaga perdamaian terluka akibat tembakan tank Merkava IDF yang mengenai menara pengamatan di markas kami di Naqura. Tembakan itu mengenai langsung, menyebabkan mereka terjatuh.”
Tentara Perdamaian PBB Di Lebanon
Keberadaan pasukan perdamaian PBB di Lebanon kembali menjadi sorotan publik setelah insiden ini. Bagaimana awal mula kehadiran pasukan PBB di Lebanon?
Berdasarkan informasi dari laman resmi UNIFIL, penempatan pasukan PBB di Lebanon bermula dari meningkatnya ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel pada tahun 1970-an. Pada 11 Maret 1978, serangan besar dilancarkan oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dari wilayah Lebanon ke perbatasan Israel. Serangan ini menewaskan banyak warga sipil dan menyebabkan kerusakan besar.
Sebagai balasan, militer Israel melancarkan operasi terhadap PLO di Lebanon pada 14-15 Maret 1978. Operasi ini tidak hanya menargetkan PLO, tetapi juga mencakup upaya pendudukan sebagian besar wilayah Lebanon, kecuali Kota Tyre dan sekitarnya.
Protes resmi kemudian diajukan oleh pemerintah Lebanon kepada Dewan Keamanan PBB, yang mengklaim bahwa operasi tersebut tidak hanya ditujukan kepada PLO, tetapi juga membahayakan penduduk Lebanon. Dewan Keamanan PBB merespons dengan mengeluarkan resolusi pada 19 Maret 1978, yang mendesak Israel menghentikan serangannya dan membentuk UNIFIL untuk memantau situasi di perbatasan.
Pasukan UNIFIL mulai tiba di Lebanon pada 23 Maret 1978 dengan misi menjaga perdamaian dan mencegah terjadinya kembali konflik di wilayah perbatasan. Sejak saat itu, UNIFIL terus berperan dalam upaya perdamaian di kawasan tersebut.
Hingga kini, UNIFIL masih aktif dengan sekitar 10.541 anggota, terdiri dari 9.532 personel militer, 802 personel sipil, dan 202 staf lainnya. Selain itu, ada sekitar 13.000 anggota tambahan yang terdiri dari personel PBB, pasukan dari negara lain, serta penduduk lokal.